Selasa, 13 Mei 2025

15 Hadits Shahih Sedekah Pembuka Pintu Rezeki yang Harus Kamu Tahu!

Sedekah merupakan amalan mulia dalam Islam yang tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga membuka pintu rezeki. Banyak hadits shahih sedekah yang menjelaskan keutamaan dan manfaat sedekah, termasuk sebagai pembuka pintu rezeki yang harus kita ketahui dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

hadits shahih sedekah

Hadits Shahih Sedekah dan Keutamaannya

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم –
(ما أطعمت زوجتك فهو لك صدقة، وما أطعمت ولدك فهو لك صدقة، وما أطعمت خادمك فهو لك صدقة، وما أطعمت نفسك فهو لك صدقة) صحيح أحمد والطبراني.

Rasulullah Saw bersabda:
Makanan yang engkau berikan kepada istrimu adalah sedekah bagimu, makanan yang engkau berikan kepada anakmu adalah sedekah bagimu, makanan yang engkau berikan kepada pembantumu adalah sedekah bagimu dan makanan yang engkau berikan kepada dirimu sendiri adalah sedekah bagimu”.
(HR. Ahmad dan ath-Thabrani).

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم –
(نفقة الرجل على أهله صدقة) صحيح بخاري والترمذي.
Rasulullah Saw bersabda:
Nafkah yang diberikan seorang laki-laki kepada keluarganya adalah sedekah”.
(HR. Al-Bukhari dan at-Tirmidzi).

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم –
(صدقة السر تطفئ غضب الرب، وصلة الرحم تزيد في العمر، وفعل المعروف يقي مصارع السوء) صحيح البيهقي.
Rasulullah Saw bersabda:
Sedekah yang diberikan secara diam-diam dapat memadamkan murka Allah, silaturahim menambah usia dan perbuatan baik dapat menjaga dari kematian yang jelek”.
(HR. Al-Baihaqi).

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم –
(من أنظر معسراً، فله كل يوم صدقة قبل أن يحل الدين، فإذا أحل الدين فأنظره بعد ذلك فله كل يوم مثلين صدقة) صحيح الحاكم.

Rasulullah Saw bersabda:
Siapa yang (bersabar) menunggu orang yang kesulitan (membayar hutang), maka baginya sedekah satiap hari, hinga hutang itu dibayar. Jika ia menunda pembayarannya, ia (bersabar) menunggunya, maka baginya dua kali sedekah setiap hari”.
(HR. Al-Hakim).

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم –
(ثلاث أقسم عليهن، ما نقص مال قط من صدقة فتصدقوا، ولا عفا رجل عن مظلمة ظلمها إلا زاده الله تعالى بها عزاً فاعفوا يزدكم الله عزاً، ولا فتح رجل على نفسه باب مسألة يسأل الناس إلا فتح الله عليه باب فقر) صحيح أحمد والبزار.
Rasulullah Saw bersabda:
Aku bersumpah demi tiga perkara: harta tidak akan berkurang karena sedekah, maka bersedekahlah kamu. Seseorang yang memaafkan orang lain karena suatu perbuatan zalim, maka Allah pasti memuliakannya. Maka maafkanlah (orang yang berbuat zalim), maka Allah pasti menambahkan kemuliaan. Seseorang yang meminta-minta kepada orang lain, maka Allah pasti akan membukakan pintu kefakiran kepadanya”.
(HR. Ahmad dan al-Bazzar).

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - (إن مما يلحق المؤمن من عمله وحسناتهِ بعد موته، علماً علمهُ ونشرهُ، أو ولداً صالحاً تركه، أو مصحفاً ورثهُ، أو مسجداً بناهُ، أو بيتاً بناه لابن السبيل، أو نهراً أجراهُ، أو صدقة أخرجها من ماله في صحته وحياتهِ تلحقه من بعد موتهِ) حسن (ابن ماجه وابن خزيمة والبيهقي).

Rasulullah Saw bersabda:
Yang menyertai orang mukmin dari amal kebaikannya setelah kematiannya adalah: ilmu yang pernah ia ajarkan dan ia sebarkan, atau anak shaleh yang ia tinggalkan, atau mushaf (al-Qur’an) yang ia wariskan, atau masjid yang telah ia bangun, atau rumah yang pernah ia bangun untuk Ibnu Sabil, atau sungai (aliran air) yang pernah ia alirkan, atau sedekah yang ia keluarkan dari hartanya ketika ia sehat dan dalam kehidupannya, maka akan menyertainya setelah kematiannya”. [Hadits Hasan].
(HR. Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan al-Baihaqi).

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم –
(ما من مسلم يغرس غرساً أو يزرع زرعاً فيأكل منه طير أو إنسان أو بهيمة إلا كان له به صدقةٌ) بخاري ومسلم والترمذي.

Rasulullah Saw bersabda:
Setiap muslim yang menanam tanaman, lalu dimakan burung atau manusia atau binatang, maka itu menjadi sedekah baginya”. (HR. Al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi).

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم –
(صنائع المعروف تقي مصارع السوء والصدقة خفيا تطفئ غضب الرب، وصلةُ الرحم زيادة في العمر، وكل معروف صدقة، وأهل المعروف في الدنيا هم أهل المعروف في الآخرة، وأهل المنكر في الدنيا هم أهل المنكر في الآخرة) صحيح (طبراني في الأوسط عن أم سلمة).

Rasulullah Saw bersabda:
Orang-orang yang berbuat kebaikan dipelihara dari kematian yang jelek. Sedekah secara rahasia memadamkan murka Allah. Silaturahim menambah usia. Semua perbuatan baik itu adalah sedekah. Orang yang berbuat baik di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik di akhirat. Orang-orang yang melakukan perbuatan munkar di dunia, mereka adalah orang-orang munkar di akhirat”.
(HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath).

قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم –
(أفضل الصدقة: الصدقة على ذي الرحم الكاشح) صحيح ابن خزيمة والطبراني

Rasulullah Saw bersabda:
Sedekah yang paling afdhal adalah sedekah yang diberikan kepada kerabat yang menyembunyikan permusuhannya”. (HR. Ibnu Khuzaimah dan ath-Thabrani).

عن أبي ذر جُنْدبِ بنِ جُنَادَةَ - رضي الله عنه - ، قَالَ: قُلْتُ : يَا رسولَ الله، أيُّ الأعمالِ أفْضَلُ ؟ قَالَ : (( الإيمانُ باللهِ وَالجِهادُ في سَبيلِهِ )) . قُلْتُ : أيُّ الرِّقَابِ أفْضَلُ ؟ قَالَ : (( أنْفَسُهَا عِنْدَ أهلِهَا وَأكثَرهَا ثَمَناً )) . قُلْتُ : فإنْ لَمْ أفْعَلْ ؟ قَالَ : (( تُعِينُ صَانِعاً أَوْ تَصْنَعُ لأَخْرَقَ )) . قُلْتُ : يَا رَسُول الله ، أرأيْتَ إنْ ضَعُفْتُ عَنْ بَعْضِ العَمَلِ ؟ قَالَ : (( تَكُفُّ شَرَّكَ عَنِ النَّاسِ ؛ فإنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ )) مُتَّفَقٌ عليه .

Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah, ia berkata: “Saya berkata, “Wahai Rasulullah, apakah amal yang paling afdhal?”. Beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan jihad fi sabilillah”. Saya bertanya, “Memerdekakan hamba sahaya yang bagaimanakah yang paling afdhal?”. Beliau menjawab, “Hamba sahaya yang paling berharga diantara keluarganya dan paling mahal harganya”. Saya bertanya, “Jika saya tidak melakukannya?”. Rasulullah Saw berkata, “Engkau bantu orang lain yang melakukannya atau engkau lakukan tolong orang yang tidak memiliki pekerjaan”. Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika saya tidak mampu melakukannya?”. Rasulullah Saw menjawab, “Engkau tahan perbuatan jelekmu terhadap orang lain, maka sesungguhnya itu sedekah bagimu untuk dirimu sendiri”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

عن أبي ذر أيضاً - رضي الله عنه - : أنَّ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : (( يُصْبحُ عَلَى كُلِّ سُلامَى منْ أَحَدِكُمْ صَدَقةٌ : فَكُلُّ تَسبيحَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَحمِيدةٍ صَدَقَة ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَكبيرَةٍ صَدَقَةٌ ، وَأمْرٌ بِالمعرُوفِ صَدَقةٌ ، ونَهيٌ عَنِ المُنْكَرِ صَدَقةٌ ، وَيُجزِىءُ مِنْ ذلِكَ رَكْعَتَانِ يَركَعُهُما مِنَ الضُّحَى )) رواه مسلم .

Dari Abu Dzar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Setiap (perbuatan baik) tulang-tulang persendian kamu adalah sedekah, semua tasbih (ucapan: Subhanallah) adalah sedekah, semua tahmid (ucapan: alhamdulillah) adalah sedekah, semua tahlil (ucapan: La ilaha illallah) adalah sedekah, semua takbir (ucapan: Allahu Akbar) adalah sedekah, amar ma’ruf (mengajak orang lain berbuat baik) adalah sedekah, nahi munkar (melarang orang lain berbuat munkar) adalah sedekah. Semua itu sama dengan dua rakaat shalat Dhuha”. (HR. Muslim).

عن أبي هريرةَ - رضي الله عنه - ، قَالَ : قَالَ رَسُول الله - صلى الله عليه وسلم - :
(( كُلُّ سُلامَى مِنَ النَّاسِ عَلَيهِ صَدَقَةٌ ، كُلَّ يَومٍ تَطلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ : تَعْدِلُ بَينَ الاثْنَينِ صَدَقةٌ ، وتُعِينُ الرَّجُلَ في دَابَّتِهِ ، فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ ، وَالكَلِمَةُ الطَيِّبَةُ صَدَقَةٌ ، وبكلِّ خَطْوَةٍ تَمشيهَا إِلَى الصَّلاةِ صَدَقَةٌ ، وتُميطُ الأذَى عَنِ الطَّريقِ صَدَقَةٌ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
Setiap (perbuatan baik) tulang-tulang persendian manusia adalah sedekah, setiap hari matahari terbit: engkau damaikan antara dua orang, maka itu adalah sedekah, engkau bantu orang lain pada hewan tunggangannya, engkau bantu ia naik keatasnya, atau engkau angkatkan barang-baragnya, maka itu adalah sedekah. Kata-kata yang baik adalah sedekah. Setiap langkah yang engkau langkahkan untuk shalat adalah sedekah. Engkau buang sesuatu yang mengganggu dari jalan, maka itu adalah sedekah”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

عن أَبي موسى - رضي الله عنه - ، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - ،
قَالَ :(( عَلَى كلّ مُسْلِمٍ صَدَقَةٌ ))
قَالَ : أرأيتَ إنْ لَمْ يَجِدْ ؟
قَالَ : (( يَعْمَلُ بِيَدَيْهِ فَيَنْفَعُ نَفْسَهُ وَيَتَصَدَّقُ ))
قَالَ : أرأيتَ إن لَمْ يَسْتَطِعْ ؟
قَالَ : (( يُعِينُ ذَا الحَاجَةِ المَلْهُوفَ))
قَالَ : أرأيتَ إنْ لَمْ يَسْتَطِعْ ،
قَالَ : (( يَأمُرُ بِالمعْرُوفِ أوِ الخَيْرِ ))
قَالَ : أرَأيْتَ إنْ لَمْ يَفْعَلْ ؟
قَالَ : (( يُمْسِكُ عَنِ الشَّرِّ ، فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ ))

Dari Abu Musa, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda:
“Setiap muslim wajib bersedekah”.
Abu Musa bertanya, “Bagaimana jika ia tidak mampu?”.
Rasulullah Saw menjawab, “Ia bekerja dengan kedua tangannya, lalu mendatangkan manfaat bagi dirinya, maka berarti ia telah bersedekah”.
“Bagaimana jika ia tidak mampu?”.
Rasulullah Saw menjawab, “Ia tolong orang lain yang membutuhkan dan dalam kesulitan atau teraniaya”.
“Jika ia tidak mampu?”.
Rasulullah Saw menjawab, “Ia ajak orang lain berbuat baik”.
“Jika ia tidak mampu?”.
Rasulullah Saw menjawab, “Ia tahan dirinya untuk tidak melakukan perbuatan jahat kepada orang lain, maka itu sedekah baginya”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

وعن أَبي مسعود البدري - رضي الله عنه - ، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ :
(( إِذَا أنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ نَفَقَةً يَحْتَسِبُهَا فَهِيَ لَهُ صَدَقَةٌ )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ .

Dari Abu Mas’ud al-Badri, dari Rasulullah Saw:
Apabila seseorang memberikan nafkah kepada keluarganya, ia ikhlas hanya karena Allah, maka itu sedekah baginya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

وعن سلمان بن عامر - رضي الله عنه - ، عن النَّبيّ - صلى الله عليه وسلم - ، قَالَ : (( إِذَا أفْطَرَ أحَدُكُمْ ، فَلْيُفْطرْ عَلَى تَمْرٍ ؛ فَإنَّهُ بَرَكةٌ ، فَإنْ لَمْ يَجِدْ تَمْراً ، فالمَاءُ ؛ فَإنَّهُ طَهُورٌ )) ، وَقالَ : (( الصَّدَقَةُ عَلَى المِسكينِ صَدَقةٌ ، وعَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ : صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ )) رواه الترمذي ، وَقالَ : (( حديث حسن )) .

Dari Salman bin ‘Amir, dari Rasulullah Saw:
Apabila salah seorang kamu berbuka, maka berbukalah dengan kurma, karena sesunggunya itu berkah. Jika ia tidak mendapatkan kurma, maka berbukalah dengan air, karena sesungguhnya air itu suci. Sedekah kepada orang miskin itu sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat itu bernilai dua; sedekah dan menjalin tali silaturahim”. (HR. At-Tirmidzi) [Hadits Hasan].

Kesimpulan

Hadits shahih sedekah mengajarkan bahwa sedekah adalah amalan yang sangat mulia dan menjadi pembuka pintu rezeki. Bersedekah tidak akan mengurangi harta, melainkan Allah akan menggantinya dengan rezeki yang berlipat ganda. Sedekah tidak hanya berupa harta, tetapi juga nafkah kepada keluarga, kesabaran, dan perbuatan baik lainnya. Dengan rutin bersedekah, kita tidak hanya membuka pintu rezeki, tetapi juga mendapatkan keberkahan, penghapus dosa, dan kebahagiaan dalam hidup.

Mari amalkan hadits shahih sedekah ini sebagai jalan untuk memperlancar rezeki dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang selalu diberi kelapangan rezeki dan keberkahan dalam hidup.

Hadits shahih sedekah menjadi pegangan penting untuk kita semua dalam menjalani kehidupan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah SWT.

Share:

Senin, 12 Mei 2025

Ajaran Islam yang Sebenarnya

Ketika dahulu kita ingin mengetahui Islam dan praktek ajaran al Qur'an, cukuplah dengan melihat sosok Rasulullah shalallahu'alaihi wassalam.

Setelah beliau wafat, Islam tidak bisa lagi diwakili oleh satu dua orang. Namun, jika ingin melihat bagaimana praktek ajaran Islam, lihatlah satu persatu sahabat Nabi. Terkhusus 10 dari mereka yang di jamin masuk syurga, atau yang lebih spesifik lagi : Khalaufur Rasyidin.

Ajaran Islam yang Sebenarnya

Abu Bakar yang ketegasannya dibalut kelembutan. Atau Umar yang keras tapi sebenarnya sangat penyayang. Ustman yang menjadi simbol maksimalnya amal harta. Ali yang menjadi puncak teladan dalam ibadah fisik.

Lalu sepeninggal generasi terbaik itu, Islam tidak lagi terwakili oleh orang perorang. Namun oleh madzab atau kelompok pendapat para ulama. Maka jika ingin melihat Islam, lihatlah Hanafiyah, Malikiyah, Syafi'iyah, Hanabilah dan semua madzab ahlusunnah.

Lalu di zaman kita ini, wujud Islam bahkan tidak lagi cukup tertampung dalam madzab, namun pada gerakan-gerakan besar umat. Hampir mustahil mengatakan bahwa gerakan ini atau organisasi itu yang paling layak dan pas mewakili Islam, namun kebaikan Islam tersebar dalam setiap organisasi umat.

Semuanya mewakili ajaran Islam dengan titik tekan yang berbeda-beda. Ada yang dominan di dakwah, ada yang doniman di amal maliyah. Ada yang strong dalam penegakan syariah ada yang lebih focus tarbiyah.

Ada yang melakukan pendekatan kultural, sebagian yang dengan semangat memurnikan. Sebagian memulai perbaikan dengan menanam bibit, sedangkan yang lain menangkal gulma penyakit. Begitulah memang seharusnya.

Maka kelompok manapun hari ini yang mengaku paling pantas dan pas memakai baju Islam, maka pasti akan kedodoran, norak dan menjadi bahan cemohan orang banyak.

Maka sudah saatnya untuk mempersatukan puzzle kebaikan untuk menghadirkan Islam yang utuh. Hadirnya rahmatan lil alamin. Bukannya malah kian memperbesar jurang perbedaan yang justru akan kian mengaburkan gambaran tentang Islam.

Umat hari ini lebih butuh para pemersatu daripada muncuknya mujadid gerakan baru. Gerakan umat sudah banyak, namun tidak banyak yang mau bergerak dalam langkah yang padu.

Kiranya sudah tiba, ini zaman untuk lebih berkasih sayang, berlapang dada dan menerima kekurangan antar semua komponen umat Muhammad shalallahu'alaihi wassalam.

Ingat fajar kemenangan, hanya mungkin terbit di ufuk persatuan.

Share:

Adab Perbedaan Pendapat dalam Islam

Dahulu para sahabat nabi pun berbeda pendapat satu sama lain dengan sangat hangat. 

Ibnu Abbas berselisih dengan Zaid dalam masalah Faraidh. Ibnu Umar berbeda bendapat dengan Ibnu Mas'ud diperkara makna Quru'. Aisyah menyelisihi jumhur sahabat dalam beberapa masalah cabang aqidah. 

Namun segala perbedaan itu tidak membuat mereka saling mencela, justru kian menjadikan orang-orang mulia itu saling mencintai dan menghormati.

Ibnu Abbas ketika bertemu dengan Zaid memegang tali kekang kendaraannya,  menuntun hingga memarkirkannya.

Sampai Zaid mengatakan : "Sudahlah sepupu nabi, tinggalkan saya dengan kendaraan saya."

Ibnu Abbas menukas : "Beginilah kami diperintahkan untuk memuliakan ulama-ulama kami."

Lalu Zaid mencium tangan Ibnu Abbas, dan ketika Ia bertanya kepada Zaid mengapa ia melakukan itu, Zaid menjawab : "Begini pula kami diperintahkan untuk memuliakan keluarga Nabi shalallahu'alaihi wassalam."

Maka kini diantara kiat melihat apakah seseorang itu benar dalam menyikapi khilafiah sehingga bisa diambil ilmunya adalah dengan melihat adabnya. 

Jika ada yang gemar mencaci maki atau hobi menjuluki orang lain seperti kalimat yang jamak hari ini : "Sesat, ahli bid'ah, murtaddin, Wahabi." Berhati-hatilah dari model orang seperti ini ...

Persaudaraan dan persatuan adalah asas agama ini. Perbedaan adalah fitrah, sedangkan menjaga ukhwah itu perintah. Adanya khilafiyah itu tabiat dan bersatu itu syariat.

Maka setiap yang berusaha memecah belah umat, siapapun dan dari manapun selayaknya diposisikan sebagai musuh bersama umat Islam.

Share:

Hak Orang Tua terhadap Anak dalam Islam

Dalam ajaran Islam, hubungan antara orang tua dan anak tidak hanya bersifat biologis, tetapi juga memiliki dimensi spiritual dan moral yang mendalam. Orang tua memiliki hak-hak yang harus dihormati dan dipenuhi oleh anak-anaknya. Sebaliknya, anak juga memiliki kewajiban untuk berbakti dan menghormati orang tua. Konsep ini dikenal dengan istilah birrul walidain (berbakti kepada orang tua).

Hak Orang Tua terhadap Anak dalam Islam

1. Berbakti kepada Orang Tua adalah Ibadah yang Paling Dicintai Allah

Salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah setelah shalat tepat waktu adalah berbakti kepada orang tua. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud, di mana beliau bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amalan yang paling dicintai oleh Allah. Rasulullah menjawab, “Shalat pada waktunya.” Ibnu Mas’ud kemudian bertanya lagi, “Apa lagi?” Rasulullah menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya berbakti kepada orang tua dalam Islam.

2. Orang Tua Berhak Menggunakan Harta Anak

Dalam Islam, orang tua memiliki hak untuk menggunakan sebagian harta anak-anaknya, terutama jika anak tersebut belum baligh atau belum mampu mengelola hartanya sendiri. Hal ini berdasarkan pada prinsip bahwa orang tua bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pendidikan anak. Namun, hak ini harus digunakan dengan penuh tanggung jawab dan tidak boleh disalahgunakan.

3. Orang Tua Berhak atas Nafkah dari Anak

Sebagaimana anak berkewajiban untuk memenuhi nafkah orang tuanya, orang tua juga berhak mendapatkan nafkah dari anak-anaknya, terutama jika mereka dalam keadaan membutuhkan. Hal ini mencerminkan prinsip saling membantu dan mendukung dalam keluarga. Namun, kewajiban ini tidak bersifat mutlak dan harus disesuaikan dengan kemampuan anak.

4. Keletihan dan Pengorbanan Anak Masih Jauh Dibawah Hak Orang Tua

Segala bentuk keletihan dan pengorbanan yang dilakukan oleh anak untuk orang tuanya, seperti merawat mereka saat sakit atau membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari, masih jauh berada di bawah hak yang sebenarnya orang tua atas anaknya. Hal ini menunjukkan betapa besar pengorbanan yang telah diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya sejak lahir hingga dewasa.

5. Durhaka kepada Orang Tua adalah Dosa Terbesar Kedua Setelah Syirik

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah, Rasulullah SAW bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Hadis ini menunjukkan betapa besar dosa durhaka kepada orang tua dalam Islam.

6. Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua Tidak Memiliki Batas

Kewajiban berbakti kepada orang tua tidak memiliki batas, bahkan seandainya kedua orang tua tersebut musyrik atau kafir. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 15, yang menyatakan bahwa meskipun orang tua tidak beriman, anak tetap diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka. Namun, kewajiban untuk berbakti ini tidak berarti anak harus mengikuti ajaran orang tua yang bertentangan dengan ajaran Islam.

7. Ridha Orang Tua Sama dengan Ridha Allah

Dalam ajaran Islam, ridha orang tua disamakan dengan ridha Allah. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, di mana Rasulullah SAW bersabda, “Ridho Allah ada pada ridho orang tua, dan murka Allah ada pada murka orang tua.” Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya mendapatkan ridha orang tua dalam kehidupan seorang Muslim.

8. Pemberian Orang Tua kepada Anak Tidak Boleh Diambil Kembali

Semua bentuk pemberian tidak boleh diambil kembali, kecuali pemberian orang tua kepada anak-anaknya. Hal ini menunjukkan betapa besar hak dan kuasa orang tua atas anaknya. Namun, pemberian ini harus dilakukan dengan niat yang tulus dan tidak mengharapkan balasan dari anak.

9. Durhaka kepada Orang Tua Termasuk Dosa yang Segera Dibalas di Dunia

Durhaka kepada orang tua termasuk jenis dosa yang adzabnya sebagian disegerakan di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa balasan dari Allah atas perbuatan durhaka kepada orang tua tidak hanya akan diterima di akhirat, tetapi juga dapat dirasakan di dunia.

Doa untuk Orang Tua

Sebagai anak, kita dianjurkan untuk selalu mendoakan orang tua kita, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Doa anak yang shaleh untuk orang tuanya merupakan salah satu amal yang pahalanya terus mengalir meskipun orang tua telah meninggal dunia. Hal ini ditegaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, di mana Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang anak meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh untuknya.”

Kesimpulan

Hak orang tua terhadap anak dalam Islam sangat besar dan mulia. Sebagai anak, kita memiliki kewajiban untuk berbakti, menghormati, dan memenuhi hak-hak orang tua kita. Dengan berbakti kepada orang tua, kita tidak hanya mendapatkan ridha Allah, tetapi juga membuka pintu surga dan mendapatkan keberkahan dalam hidup. Semoga kita semua dapat menjalankan kewajiban ini dengan sebaik-baiknya.

Share: